Minggu, 11 September 2011

Kandungan Dalam Al Qur'an Yang Menuangkan Soal Fungsi Gunung


 

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqpYdw8dv1-4TvnDZjhljK8J-HPd19qv8vLU5oGhHy_gMq8VZw0wHp5g15CGEWx-T8r9k8iD_0wnXJFOc3hgutRmUlPUTjMCaNzgooGGltHjcyeImF_XVCW28E0U2qSXeNjNBnN_NwDMM/s400/gunung+singgalang.jpg

Kandungan dalam Al Qur’an yang menuangkan soal fungsi gunung, mengarahkan perhatian kita pada geologis penting dari gunung.



"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..."
(QS. Al Anbiyaa' : 31)

Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut, bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan Bumi. Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapa pun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.

Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak Bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung.

Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti, gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah, yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan Bumi.

Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan, sebagai berikut :

Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak Bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305)

Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini, diungkapkan melalui sebuah perumpamaan sebagai "pasak" :



"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?; dan gunung-gunung sebagai pasak?"
(QS. An Naba' : 6-7)

Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak Bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan Bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini.

Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak Bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.

Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna, sebagai berikut :

Isostasi : kesetimbangan dalam kerak Bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan, akibat tekanan gravitasi. (Webster's New Twentieth Century Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York, s. 975)

Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Qur’an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah.

Kandungan Dalam Al Qur'an Yang Menuangkan Soal Lapisan Langit

Kandungan dalam Al-Quran yang menuangkan soal lapisan langit, terdapat pada beberapa ayat. Sebuah fakta tentang fenomena alam semesta, sebagaimana dinyatakan bahwa langit terdiri atas tujuh lapis.

Kata "langit" yang kerap kali muncul dalam ayat-ayat Al Qur’an, digunakan untuk mengacu kepada "langit" yang ada di Bumi dan juga keseluruhan alam semesta. Dengan makna kata seperti ini, diketahui bahwa langit bumi atau atmosfer terdiri dari tujuh lapisan.



"Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS. Al Baqarah : 29)

"Allah-lah yang telah menciptakan 7 langit, dan Bumi pun seperti itu pula..."
(QS. Thalaaq : 12)

"Kemudian Dia menuju langit, dan langit itu masih merupakan asap. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya."
(QS. Fushshilat : 11-12)



Saat ini benar-benar diketahui, bahwa atmosfir bumi terdiri atas lapisan-lapisan yang berbeda yang saling bertumpukan. Lebih dari itu, persis sebagaimana dinyatakan dalam Al Qur’an, atmosfer terdiri atas tujuh lapisan.

Dalam sumber ilmiah, hal tersebut diuraikan, sebagai berikut :


Para ilmuwan menemukan, bahwa atmosfer terdiri diri beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya.


Lapisan atmosfer yang terdekat dengan bumi disebut TROPOSFER. Ia membentuk sekitar 90% dari keseluruhan massa atmosfer.
Lapisan diatas troposfer disebut STRATOSFER.

LAPISAN OZON adalah bagian dari stratosfer, dimana terjadi penyerapan sinar ultraviolet.


Lapisan diatas stratosfer disebut MESOSFER.


TERMOSFER berada di atas mesosfer.


Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang disebut IONOSFER.


Bagian terluar atmosfer Bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km. Bagian ini dinamakan EKSOSFER.
(Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 319-322)


Jika dihitung jumlah lapisan yang dinyatakan dalam sumber ilmiah tersebut, jelas bahwa atmosfer tepat terdiri atas tujuh lapisan, seperti dinyatakan dalam ayat-ayat Al Qur’an. Yang mana lapisan atmosfer menurut pengetahuan modern, yaitu :


1. Troposfer

2. Stratosfer

3. Ozonosfer

4. Mesosfer

5. Termosfer

6. Ionosfer

7. Eksosfer


Hal penting lain dalam hal ini, disebutkan dalam surat Fushshilat ayat ke-12 :

"… Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya."


Allah SWT menyatakan dalam ayat ini, bahwa Dia memberikan kepada setiap langit tugas atau fungsinya masing-masing. Sebagaimana dapat dipahami, tiap-tiap lapisan atmosfir ini memiliki fungsi penting yang bermanfaat bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup lain di muka Bumi.


Setiap lapisan memiliki fungsi khusus, dari pembentukan hujan, hingga perlindungan terhadap radiasi sinar-sinar berbahaya; dari pemantulan gelombang radio, hingga perlindungan terhadap dampak meteor yang berbahaya.


Salah satu fungsi ini, dinyatakan dalam sebuah sumber ilmiah, Atmosfir bumi memiliki 7 lapisan. Lapisan terendah dinamakan troposfer. Hujan, salju, dan angin hanya terjadi pada troposfer.


Demikianlah secara jelas Al Qur’an menerangkan 1.400 tahun yang lalu, bahwa fakta-fakta tentang fenoma alam semesta. Hal ini tentu tidak mungkin ditemukan tanpa dukungan teknologi yang canggih di abad ke-20.


Subhanallah Wa Bi Hamdih

Rahasia Angka-Angka Dalam Al-Qur’an


http://atmonadi.com/wp-content/uploads/al-quran.jpg

Kata-kata di dalam Al-Qur’an, dengan sejumlah pengulangannya merupakan Mukjizat. Jumlah kata-kata dalam Al-Qur’an yang menegaskan kata-kata yang lain, ternyata jumlahnya sama dengan jumlah kata-kata Al-Qur’an yang menjadi lawan kata, atau kebalikan dari kata-kata tersebut, atau diantara keduanya ada nisbah yang kontradiktif.


Al-Qur’an tidak hanya terbatas pada ayat-ayat mulianya, makna-maknanya, prinsip-prinsip, dan dasar-dasar keadilannya, serta pengetahuan-pengetahuan ghaibnya saja, melainkan juga termasuk jumlah-jumlah yang ada dalam Al-Qur’an itu sendiri, begitu juga pengulangan kata dan hurufnya, orang-orang yang melakukan ‘ulum’ Al-Qur’an sejak dulu sudah menyadari adanya fenomena tersebut mempunyai maksud dan tujuan tertentu.

Para peneliti terdahulu sudah mencatat, bahwa surat-surat yang dibuka dengan huruf-huruf ‘muqaththa’ah’ berjumlah 29 surat, sementara jumlah huruf ‘hijaiyah’ Arab ditambah dengan huruf “Hamzah” juga berjumlah 29 huruf, hal ini dengan sudut pandang, bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab.

DR. Abdul Razaq Naufal dalam bukunya berjudul "Al’Ijaz Al’Adadiy Fi Al-Qur’an Al Karim”, beliau menulis beberapa tema-tema tersebut terjadi keharmonisan diantara jumlah kata-kata Al-Qur’an, dan berikut ini adalah sejumlah perhitungan yang benar-benar merupakan Mukjizat, dari jumlah kata dalam Al-Qur’an sebanyak 51.900, Jumlah Juz 30, Jumlah Surat 114, Jumlah Ayat 6.666 keanehan yang ada diantaranya, sebagai berikut :


* Kata ‘Iblis” ( La’nat ALLAH ‘alaihi ) dalam Al-Qur’an disebutkan sebanyak 11 kali, sementara “Isti’adzah” juga disebutkan 11 kali, Kata “ma’siyah” dan derivatnya disebutkan sebanyak 75 kali, sementara kata “Syukr” dan derivatnya juga disebutkan sebanyak 75 kali.

* Kata “al-dunya” disebutkan sebanyak 115 kali, begitu juga kata “al-akhirah” sebanyak 115 kali.


* Kata “Al-israf” disebutkan 23 kali, kata kebalikannya “al-sur’ah” sebanyak 23 kali.


* Kata “Malaikat” disebutkan 88 kali, kata kebalikannya "Al-syayathin” juga 88 kali.


* Kata “Al-sulthan" disebutkan 37 kali, kata kebalikannya “Al-nifaq” juga 37 kali.


* Kata “Al-harb” (panas) sebanyak 4 kali, kebalikannya “Al-harb” juga 4 kali.


* Kata “Al-harb" (perang) sebanyak 6 kali, kebalikannya “Al-husra” (tawanan) 6 kali.


* Kata “Al-hayat” (hidup) sebanyak 145 kali, kebalikannya “Al-maut” (mati) 145 kali.


* Kata “Qalu” (mereka mengatakan) sebanyak 332 kali, kebalikannya “Qul” (katakanlah) sebanyak 332 kali.


* Kata “Al-sayyiat” yang menjadi kebalikan kata “Al-shahihat” masing-masing 180 kali.


* Kata “Al-rahbah” yang menjadi kebalikan kata “Al-ragbah” masing-masing 8 kali.


* Kata “Al-naf’u” yang menjadi kebalikan kata “Al-fasad” masing-masing 50 kali.


* Kata “Al-nas” yang menjadi kebalikan kata “Al-rusul” masing-masing 368 kali.


* Kata “Al-asbath” yang menjadi kebalikan kata “Al-awariyun” masing-masing 5 kali
.

* Kata “Al-jahr” yang menjadi kebalikan kata “Al-alaniyyah” masing-masing 16 kali
.

* Kata “Al-jaza” 117 kali (sama dengan kebalikannya)
.

* Kata “Al-magfiroh” 234 kali (sama dengan kebalikannya)
.

* Kata “Ad-dhalala” (kesesatan) 191 kali (sama dengan kebalikannya).


* Kata “Al-ayat” 2 kali, “Ad-dhalala”, yaitu 282 kali.


* Kata “Yaum” (hari) dalam bentuk tunggal disebutkan sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada tahun Syamsyiyyah.


* Kata “Syahr” (bulan) sebanyak 12 kali, sama dengan jumlah Bulan dalam satu Tahun.


* Kata “Yaum” (hari) dalam bentuk plural (jamak) sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu Bulan.


* Kata “Sab’u” (minggu) disebutkan 7 kali, sama dengan jumlah hari dalam satu minggu.


* Jumlah “saah” (jam) yang didahului dengan ‘harf’ sebanyak 24 kali, sama dengan jumlah jam dalam satu hari.


* Kata “Sujud” disebutkan 34 kali, sama dengan jumlah raka’at dalam solat 5 waktu
.

* Kata “Shalawat” disebutkan 5 kali, sama dengan jumlah solat wajib sehari semalam.


* Kata “Aqimu” yang diikuti kata “Shalat” sebanyak 17 kali, sama dengan jumlah Raka’at Sholat fardhu/ wajib.



Semoga keimanan kita sebagai umat Muslim semakin bertambah dengan pengetahuan tentang ayat-ayat yang termaktub di dalam Al-Qur’an, InsyaALLAH.